Indonesia Rumah Islam Ramah

Indonesia Rumah Islam Ramah

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belakangan ini yang sedang hangat menjadi Trending Topic di dunia maya maupun dunia nyata salah satunya adalah fenomena ISIS (Islamic State Of Iraq And Syiria). Gerakan radikal yang dikomandoi oleh Abu Bakar Al Baghdady ini telah membuat gempar Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya. Aksi-aksi keji yang banyak diunduh pejuang mereka di media daring seperti Youtube membuat banyak orang mengelus dada. Mereka dengan pongah menghancurkan makam Nabi Yunus, makam Nabi Daniel, mengebom masjid, menyembelih muslim termasuk ulama dan habaib yang tak sepaham dengan mereka, dan yang terbaru mengubur secara massal kaum Yazidi di Irak yang mereka bantai karena dianggap sebagai penyembah berhala. Yazidi adalah kaum penerus agama Mesopotamia kuno (Zoroaster). Merespon kelakuan kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam ini, ormas-ormas islam Indonesia seperti NU dan Muhammadiyah menyatakan tidak setuju dengan ISIS. Bahkan Majelis Ulama Indonesia telah memfatwakan sesat kelompok itu.

Gerakan ISIS ini memang sangat kontroversial. Menurut Edward Snowden, eks karyawan CIA, yang jadi buronan negaranya karena membocorkan berbagai rahasia Amerika Serikat,  menyatakan bahwa ISIS adalah boneka intelijen bentukan CIA, Mossad Israel , dan M16 Inggris. Snowden memiliki data valid dari dokumen CIA yang telah dia bawa kabur. Bahkan NodisInfo.com sebuah situs global yang masyhur dalam menguak hal ganjil dalam dunia intelijen dan konspirasi merilis bahwa ISIS adalah sebuah plot yag telah disiapkan Israel guna menghancurkan nama Islam. ISIS bukanlah Daulah Islamiyah melainkan termasuk salah satu divisi agen spionase Zionis yang terkenal dengan nama Israeli Secret Intelligence Service (ISIS).  Sumber berita ini dapat dilihat di www.nodisinfo.com/isis-creation-israeli-mossad/ .

Nah, melihat fakta yang demikian banyaknya sangat wajar jika para ulama di Indonesia menentang paham radikal global yang sangat mengancam keutuhan NKRI tersebut. Apalagi  Jawa Timur yang disorot sebagai gudang pengekspor  pejuang ISIS dari Indonesia yang dibuktikan dengan penangkapan beberapa aktivisnya di Surabaya dan terbunuhnya warga Lamongan serta Malang di Suriah dan Irak sana. Dan hal inilah yang akhirnya membuat Gubernur Jawa Timur mengeluarkan Peraturan Gubernur yang melarang faham ISIS di Jawa Timur. Karena ISIS dinilai bukanlah gerakan jihad islam melainkan gerakan politik regional Timur Tengah yang coba dibungkus atribut islam kemudian diekspor secara global agar dapat menarik perhatian kaum muslimin di seluruh dunia. ISIS berusaha merebut wilayah Irak dan Suriah menjadi wilayah kekuasaannya. Dan kebetulan kedua negara itu sedang kacau karena dilanda perang berkepanjangan. Bahkan Al Qaeda sendiri yang terkenal sebagai pemain utama dalam “jihad’ global tidak menyetujui paham ISIS dan mengkritik mereka karena tidak berani menyerang fasilitas milik Israel dan Amerika Serikat  namun malah sangat gemar membunuh sesama Muslim. Hal itu mirip kaum Khawarij dan makin menimbulkan kecurigaan bahwa ISIS adalah sebuah Grand Design Spionase guna menghancurkan Islam. Dan untuk diingat bahwa bukan sekali ini saja Israel “bermain” di negeri-negeri Islam. Pada 18 Mei 1965 Eliahu Cohen seorang agen Mossad dihukum gantung di Suriah. Dia adalah agen Mossad berdarah Yahudi Mesir yang disisipkan ke dalam pemerintahan Suriah. Seorang agen cerdas yang hampir saja menduduki kursi kepresidenan Suriah jika saja aksi spionasenya yang telah bertahun-tahun di Suriah tidak diketahui pihak Intelijen Suriah yang dibantu  Rusia. Eliahu Cohen dapat menduduki jabatan penting di dalam kepengurusan Partai Baath dan bahasa  arabnya juga sangat fasih bahkan yang paling slengean sekalipun. Hal itu adalah buah didikan Mossad selama beberapa tahun. Kisah ini pernah dituturkan oleh first Secretary kedubes Palestina untuk Indonesia  dalam acara kampanye Cinta Al Aqsa pada akhir Mei 2007 seperti yang dikutip oleh Herry Nurdi dalam buku MOSSAD (Behind Every Conspiracy).

 

***

 

Bertepatan dengan bulan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 69 ini hendaknyalah segenap anak negeri lebih bisa merenungi lagi sejarah berdirinya negeri ini. Fenomena ISIS adalah momentum bagi kita untuk merakit kembali ikatan ke-Indonesia-an kita yang belakangan semakin mengendur oleh berbagai paham Transnasional yang sangat membahayakan kesatuan NKRI dan Pancasila. Juga sangat bertentangan dengan faham Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) yang banyak dianut oleh mayoritas kaum Muslim Indonesia. Dan khusus bagi kaum muslim Indonesia marilah tetap teguh menebarkan Islam yang ramah bukan yang marah-marah, Islam yang menebar senyuman bukan pentungan, Islam  yang merekatkan bukan yang meretakkan,  Islam yang isis alias sejuk bagi semua dan yang Rahmatan lil alamin seperti yang diajarkan oleh para Wali Songo dahulu. Akhirnya, dirgahayu negeriku yang ke 69. MERDEKA. (senyapandaan)

Diseduh Oleh : Musyaf  Senyapena